Komisi antikorupsi Indonesia pada hari Rabu menangkap menteri perikanan negara yang diduga menggunakan uang suap untuk membeli tas dan jam tangan desainer dalam kasus yang terkait dengan keputusannya untuk mengeluarkan izin ekspor lobster bayi, kata seorang juru bicara pemerintah.
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo telah tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta dari perjalanan kerja ke Hawaii ketika dia dan istrinya ditahan oleh penyidik, kata Ali Fikri, juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Penyidik kemudian menggeledah rumah dan kantor Edhy di Jakarta Pusat.
“Kasus tersebut terkait dengan proses penentuan calon eksportir baby lobster,” kata Ali kepada BeritaBenar.
Setidaknya 15 orang lainnya, termasuk pejabat kementerian perikanan dan pengusaha, ditahan di bandara dan dua lokasi lainnya, kata Ali, menambahkan penyidik menyita beberapa kartu ATM dan bukti transfer uang suap.
Para pejabat mengatakan mereka sedang mencari dua tersangka tambahan.
Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango mengatakan kepada wartawan bahwa tersangka diduga menerima hadiah sebagai imbalan izin usaha perikanan.
Edhy meminta maaf atas tindakannya.
“Saya bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Saya minta maaf kepada masyarakat Indonesia, terutama yang terkait dengan Kementerian Perikanan dan Kelautan, ”kata Edhy kepada wartawan.
“Saya tidak akan lari dan saya akan bertanggung jawab. Saya minta maaf kepada partai saya dan saya akan mengajukan pengunduran diri saya sebagai wakil ketua partai dan sebagai menteri. Saya akan menghadapi ini dengan hati yang berani. “
KPK menuduh 9,8 miliar rupiah (US $ 692.000) diduga telah ditransfer ke para tersangka dari perusahaan yang mencari izin ekspor. Dari jumlah tersebut, 3,4 miliar rupiah ($ 240.000) diduga jatuh ke tangan istri anggota parlemen Edhy, Iis Rosyati Dewi, melalui seorang ajudan.
Nawawi mengatakan pasangan itu diduga menghabiskan 750 juta rupiah ($ 53.000) untuk membeli tas Louis Vuitton dan jam tangan Rolex.
Wakil Ketua KPK mengatakan lima dari mereka yang ditangkap masih dalam tahanan. Dia mengidentifikasi mereka hanya dengan inisial mereka. Salah satunya, EP, sebelumnya telah diidentifikasi sebagai Edhy, sementara tidak ada inisial yang cocok dengan istrinya.
Larangan dicabut tahun lalu
Tahun ini, Edhy mencabut larangan ekspor baby lobster yang diperkenalkan oleh pendahulunya, Susi Pudjiastuti. Susi menjadi terkenal karena meledakkan kapal asing yang awaknya menangkap ikan secara ilegal di perairan Indonesia.
Dia mengatakan larangan itu untuk melindungi kelestarian ekosistem dan memperkuat industri lobster dalam negeri.
Pada Juli, majalah berita nasional Tempo memberitakan sejumlah izin ekspor diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang terkait dengan politisi, termasuk dari Partai Gerindra Edhy.
Tempo melaporkan, sebagian besar dari 25 perusahaan yang diberi izin ekspor, didirikan setelah kementerian mencabut larangan ekspor lobster bayi pada Mei. Saat itu, Edhy mengatakan izin diberikan sesuai prosedur dan tidak ada perusahaan yang diberikan perlakuan istimewa.
Dia sebelumnya membela keputusannya untuk mengizinkan ekspor bayi lobster, dengan mengatakan banyak nelayan bergantung pada budidaya larva lobster untuk hidup.
“Saya ingin buka kembali ekspor karena sebagian masyarakat kita kelaparan karena larangan tersebut,” ujarnya.
Gerindra, partai terbesar kedua di DPR, dipimpin oleh mantan saingan berat Presiden Joko “Jokowi” Widodo, pensiunan Jenderal Prabowo Subianto. Dikalahkan Jokowi dalam pemilihan presiden tahun lalu, Prabowo menjabat sebagai menteri pertahanan.
Edhy adalah anggota ketiga kabinet Jokowi yang terlibat kasus korupsi.
Tahun lalu, Menteri Sosial Idrus Marham dijatuhi hukuman lima tahun penjara karena menerima suap terkait proyek pembangkit listrik tenaga batu bara. Dia kemudian melihat hukumannya dipotong menjadi dua tahun dan dibebaskan dari tahanan pada bulan September.
Pada bulan Juni, Menteri Olahraga dan Pemuda dari masa jabatan pertama Jokowi, Imam Nahrawi, dijatuhi hukuman tujuh tahun karena menerima suap sebagai imbalan menyetujui pendanaan untuk Komite Olahraga Indonesia.
Penangkapan Edhy dan lainnya terjadi satu hari setelah Transparency International merilis Global Corruption Barometer – Asia 2020 yang menemukan 92 persen orang Indonesia yang disurvei percaya bahwa korupsi pemerintah adalah masalah besar.
Jokowi: Hormati prosesnya
Pada Rabu, Jokowi mengatakan menghormati proses hukum tersebut.
“Saya yakin KPK bekerja secara transparan dan profesional,” kata Jokowi kepada wartawan.
“Pemerintah secara konsisten mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.”
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mohammad Mahfud MD mengatakan, pemerintah tidak akan turun tangan.
“Pemerintah belum tahu pasti kejahatan apa yang dilakukan atau yang diduga dilakukan oleh Pak Edhy Prabowo,” kata Mahfud dalam keterangan tertulis.
“Tapi bagaimanapun, pemerintah mendukung apa yang dilakukan KPK. Biarkan hukum mengambil jalannya. “
Penangkapan itu terjadi di tengah kritik bahwa undang-undang baru yang mengatur KPK yang disahkan oleh parlemen tahun lalu merusak independensinya.
Undang-undang tersebut mengamanatkan pembentukan badan pengawas yang bertugas memantau pelaksanaan komisi, yang misinya memerangi korupsi. Ini juga mengubah KPK dari lembaga independen menjadi lembaga pemerintah di bawah cabang eksekutif.
Seorang analis mengatakan langkah pemerintah untuk melucuti sebagian kekuasaan KPK adalah contoh kemunduran demokrasi di bawah Jokowi.
Zaenur Rohman, peneliti di Center for Anti-Corruption Studies Universitas Gadjah Mada, menyebut penangkapan Edhy signifikan mengingat undang-undang baru memberlakukan persyaratan yang lebih ketat bagi penyidik untuk menangkap dan menyadap tersangka.
“Artinya penyidikan sudah dilakukan cukup lama dan ini hasil penumpukan kerja KPK,” ujarnya kepada media di Indonesia.
. “Penjelajah. Penggemar bacon yang ramah. Pecandu kopi setia. Gamer seumur hidup. Alcoholaholic bersertifikat.”